Cerita Langkah Kaki

setapak demi setapak, beriringan mengukir jejak

Sunday 31 May 2015

Trip to Dieng (1): Berangkat!


Tanggal 27 Mei 2015 kemarin, saya berkesempatan (baca: maksa untuk punya kesempatan) melakukan perjalanan baru. Perjalanan kali ini benar-benar unpredictable, unplanned, dan unexpected. Tapi dengan begitu, bahagianya juga numpuk-numpuk sampai meluber kemana-mana; bahagiaaaaa banget banget banget. Kenapa? Karena tempat yang dituju adalah salah satu tempat impian saya selama ini: DIENG !

Parahnya, jadwal keberangkatan saya bertepatan dengan hari terakhir UAS. Jadi setelah berkutat dengan soal-soal ujian, rencananya saya langsung berangkat ke terminal Kampung Rambutan Depok. Alhasil, saya malah sibuk packing waktu H-1 keberangkatan, padahal harusnya saya masih sibuk belajar materi ujian Psikologi Kognitif yang notabene agak-lumayan-nyeremin-hafalannya itu.

Akhirnya setelah 'sukses' melalui ujian terakhir di semester ini, saya dan partner perjalanan saya langsung naik angkot dengan tujuan terminal Kampung Rambutan. Angkot yang kami tumpangi otomatis langsung penuh sesak oleh manusia-manusia ber-carrier beserta mbak-mbak yang membawa koper gede untuk pindahan. Untungnya, penumpang lain tidak melancarkan protes sekali pun, justru ada ibu-ibu yang dengan ramah bertanya mengenai tujuan kami, dan kemudian dilanjutkan dengan cerita-cerita masa muda beliau yang ternyata juga suka naik gunung. Duh, manis sekali. Jarang-jarang (atau bahkan sebelumnya tidak pernah) saya bertemu orang seramah itu di angkot Depok. Kalau semua orang di Depok, Jakarta, dan sekitarnya bisa seramah itu, mungkin saya bisa lumayan betah tinggal di sini hahahiks.

Tapi berdasarkan hasil obrolan kami, ibu-ibu dan mbak-mbak penumpang angkot malah menyarankan kami untuk turun di pasar PAL untuk naik bus yang langsung ke Dieng. Karena memang buta arah dan tempat serta hanya bermodalkan cerita-cerita dari google, kami pun menuruti saran beliau. Dan....... sedikit nyesel. Tarif bus Dieng Indah (satu-satunya bus jurusan Wonosobo yang berangkat dari pasar PAL) ternyata jauh lebih mahal daripada bus Sinar Jaya yang rencananya kami naiki. Jadwal keberangkatannya pun lebih sore, yakni pukul 17.00 WIB. Ah, ya sudah, yang penting semoga perjalanan ini menyenangkan meski naik bus. (fyi, saya adalah orang yang amat sangat anti-naik-bus. Tapi demi Dieng kali ini, naik apa pun saya rela)

Alhamdulillah, besoknya sekitar pukul 06.30 WIB, kami sampai di terminal Mendolo, Wonosobo. Setelah bersih diri dan repacking, kami memutuskan untuk sarapan dulu di terminal sembari mencari info mengenai angkutan ke Dieng. Kami sarapan nasi orek di tempat Bu Wati dan Pak Rahman --pasutri yang amat sangat baik hati sekali.


nasi orek

Oh iya, Pak Rahman ini 'sangar' lho. Meski menemani istrinya berjualan makanan di terminal, beliau tetap berpenampilan super duper rapi --memakai kemeja berkerah yang bagian bawahnya dimasukkan ke dalam celana panjang bahan kain, lengkap dengan ikat pinggangnya. Pak Rahman dan Bu Wati ini pun sangat membuat saya terkagum-kagum karena kebaikannya. Tanpa diminta, beliau terlihat repot menelfon beberapa sopir bus yang bisa mengantar kami ke Dieng. Bahkan, beliau memberi kami air minum untuk bekal naik gunung nanti. MasyaaAllah, semoga semua urusan beliau dilancarkan dan kami bisa bertemu lagi suatu saat nanti, aamiin.

Pukul 08.30 WIB, kami akhirnya naik mikrobus untuk menuju pertigaan tempat pemberhentian bus-bus tujuan Dieng. Karena belum musim liburan, bus yang kami tumpangi saat itu sangat sepi. Sembari menunggu penumpang lainnya, saya mendapati sticker tulisan lucu di pintu bus. Lucu bagi saya, karena tulisannya menggunakan bahasa jawa 'ngapak' yang bahkan sampai saat ini saya tidak tahu artinya sama sekali. Jika ada yang tahu artinya, please tell me by posting a comment below this post ya.

ada yang tau artinya?

Saat perjalanan menuju Dieng, perasaan bahagia saya makin menjadi, alhasil saya pun senang sekali menyapa orang-orang yang saya temui. Maklum, saat di Depok, saya jarang sekali merasakan suasana sedamai ini, dengan orang-orang sebaik ini.

Saking semangatnya, saya pun menanyakan banyak hal tentang Dieng kepada kernet bus yang kami tumpangi, namanya Mas Peno. Beliau ini lucu dan ramah sekali, dengan senang hati mau bercerita dan menjelaskan banyak hal kepada kami; tentang Gunung Prau, carica, kentang merah, acara perayaan adat Dieng setiap tahunnya, nilai kejujuran warga Dieng, segala informasi tentang akomodasi selama di Dieng, dan sebagainya. Mas Peno ini juga berprofesi sebagai tour guide di Dieng lho. Jika ada yang ingin minta kontak beliau, bisa hubungi saya ya.

Selain itu, ada yang unik dalam masyarakat sekitar Dieng-Wonosobo jika diamati; hampir semua bapak-bapaknya mengenakan peci. Mereka beserta para ibu-ibu di sana pun sangat rendah hati. Betapa tidak, mereka semua menolak saat saya menawarkan tempat duduk untuk mereka, yang akhirnya membuat saya selalu salah tingkah. Overall, perjalanan menuju Dieng ini benar-benar saya nikmati. Pemandangan saat perjalanan pun jangan ditanya; benar-benar menakjubkan --dengan semua sawahnya yang hijau, desa-desa di atas awan, pegunungan yang mengitari, disertai udara yang sejuk.

Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shalihaat...
Finally, pukul 10.30 WIB kami tiba di Dieng!



bersambung ...
Read More

© Cerita Langkah Kaki, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena